IndosatM2 BroomIndosatM2 Broom (disingkat IM2 Broom) adalah sebuah produk dari Indosat (secara spesifik anak usahanya, IndosatM2) yang menyediakan akses internet prabayar yang berbasis teknologi 3G. Dengan menggunakan modem berjalan (mobile broadband), IM2 Broom mampu dimanfaatkan mengakses internet dari manapun dan kapanpun. Layanan ini bertahan selama 4 tahun, dari 2008 hingga 2012. Produk ini merupakan pengembangan dari layanan IndosatNet via 3G yang diluncurkan pada November 2006, yang belakangan dikenal dengan nama IM2 Broadband. Sayangnya, produk ini juga yang akhirnya menghantarkan IM2 harus ditutup akibat terjerat dugaan korupsi.[1] PerkembanganPada bulan Februari 2006, Indosat mendapatkan lisensi untuk mengoperasikan jaringan 3G di frekuensi 2,1 GHz (secara spesifik 1950-1955 MHz dan 2140-2145 MHz) bersama Telkomsel dan Excelcomindo. Secara resmi keputusan ini dituangkan dalam Keputusan Menkominfo No. 19/KEP/M.KOMINFO/2/2006.[2] Direktur Utama Indosat saat itu, Hasnul Suhaimi, menyambut positif hasil tersebut dan menyatakan siap memberikan layanan yang berkualitas dengan teknologi terbaik lewat anggaran US$ 670 juta. Selain ditujukan untuk komunikasi suara dan pesan[3] yang mulai dikomersialkan pada 29 November 2006,[4] mereka belakangan mengembangkan layanan data melalui anak usahanya, IndosatM2.[5] Pada tanggal 23 November 2006, layanan data 3G IM2 bernama IndosatNet via 3G resmi diluncurkan, yang diklaim membuat penggunanya mampu mengakses berbagai koneksi internet di ribuan lokasi dengan harga murah. Layanan tersebut juga dimaksudkan untuk mewujudkan visi "IM2 Anywhere" yang membuat layanannya bisa diakses di mana saja.[5] Dalam hari peluncurannya, layanan tersebut sudah menarik 300 pelanggan baru, yang diperkirakan akan naik menjadi 1.000 seiring penawaran modem gratis. Disebutkan bahwa IndosatNet via 3G ditujukan bagi pelanggan rumahan yang menginginkan akses internet cepat, dengan harga cukup terjangkau antara Rp 350.000-900.000.[6] Untuk memuluskan layanan ini, pada 24 November 2006 Indosat dan IndosatM2 meneken kesepakatan, dimana IM2 akan menyelenggarakan jasa internet broadband 3G/HSDPA melalui frekuensi 2,1 GHz milik Indosat. Meskipun dipasarkan atas nama IM2, Indosat akan memperoleh 66% dari hasil penjualan itu.[7] IndosatNet via 3G/IM2 Broadband kemudian berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari terdongkraknya pelanggan IM2 dari 20.000 di akhir 2007 menjadi 35.000 pada April 2008,[8] yang diperkirakan akan naik pesat menjadi 200.000-300.000.[9] Mereka bahkan telah menyiapkan 500 outlet pemasaran, maupun menggaet komunitas mahasiswa demi mewujudkan target tersebut.[10] Salah satu outlet itu adalah lewat IM2 Broadband Center yang diresmikan pada April 2008 di Plaza Semanggi Jakarta, dan selanjutnya akan menjadi 26 gerai (termasuk yang bergabung dengan Galeri Indosat) di seluruh Indonesia.[11] IM2 juga berinovasi dalam teknologi, lewat memperkenalkan kartu SIM bagi pengguna layanan mereka. Hal ini seiring upaya Indosat memprioritaskan pasar broadband nirkabel untuk komunikasi data, setelah melihat trafik 3G-nya yang didominasi akses data.[9] Selain untuk konsumen, IM2 juga sempat menghadirkan layanan broadband-nya untuk UMKM dengan harga Rp 900.000-1.000.000,[12] maupun untuk pengguna kereta api pada sejumlah rute di Pulau Jawa.[13] Munculnya BroomDalam rangka ekspansi layanan, pada 27 Februari 2008 IM2 meluncurkan produk IM2 Broadband Prabayar, dengan tawaran harga Rp 0,6/kb.[14] Belakangan, produk tersebut diluncurkan ulang pada 26 Mei 2008 dengan nama Broom, singkatan dari "Broadband Online di Mana-Mana". Produk ini ditujukan bagi pengguna yang ingin mengakses internet dengan mudah, namun mengendalikan penggunaan biaya lewat skema prabayar, sehingga cocok untuk beberapa kalangan seperti mahasiswa dan profesional. Layanan Broom bisa diakses dengan starter pack senilai Rp 150.000 dan paket Rp 100.000 yang membuat penggunanya bisa mengakses internet hingga 3,6 Mbps di wilayah yang sudah ter-cover sinyal 3.5G Indosat. Untuk mengisi ulang kartu perdananya, pengguna Broom bisa memanfaatkan voucher Indosat biasa.[15] Dengan cepat, produk Broom berhasil mendongkrak pengguna IM2 dengan pesat, menjadi >200.000 pada Januari 2009.[10] Produk tersebut juga merupakan kerjasama bagi hasil antara Indosat dan IM2, dengan pembagian keuntungan 66%-34%, sesuai perjanjian yang diteken pada 18 Desember 2008.[16] Layanan broadband prabayar ini diklaim sebagai yang kedua di dunia.[17] Respon masyarakat yang positif tidak disia-siakan oleh IM2 yang melempar sejumlah varian baru Broom ke pasaran. Sebagai pendamping Broom Classic, mereka kemudian memasarkan Broom Unlimited, dengan tawaran kecepatan hingga 256 Kbps seharga Rp 100.000 untuk 1 bulan. Setelah penggunaan 2 GB, kecepatan akan turun hingga 64 kbps sampai masa berlaku satu bulan habis.[18] Setelah itu, ada Broom Paket Merdeka yang diluncurkan pada Agustus 2010, dengan tawaran harga Rp 50.000/bulan. Skemanya sama seperti Broom Unlimited, namun kecepatannya akan turun jika pemakaian sudah mencapai 150 MB.[19] Khusus pengguna internet yang suka begadang, pada 18 November 2010 diluncurkan Broom Kalong yang menawarkan kecepatan hingga 1 Mbps pada dini hari. Produk ini hanya diproduksi sebanyak 20.000 paket dan tersedia dalam skema Classic atau Unlimited.[20] Ada juga produk Broom PAS,[21] Broom Bastis dan Broom Extra 2, maupun modem yang dijual dari Rp 399.000 hingga Rp 1.000.000/unit. Lewat ragam produk Broom tersebut, IM2 sukses menaikkan penggunanya menjadi 690.000 per Juli 2010, atau meraup 35% pangsa pasar wireless broadband nasional.[22] Untuk memuaskan penggunanya, per Agustus 2010 IM2 mengoperasikan 2.637 BTS (dengan 1.560-nya di Jabodetabek) hasil kerjasama dengan Indosat, yang akan bertambah menjadi 3.000-3.100 unit.[22] Mereka juga telah memiliki 22 kantor IM2 Broadband Service di bulan Juli 2009, yang akan meningkat menjadi 32 lokasi.[23] Di bulan Maret 2011, Broom meluncurkan produk lain bernama Broom 100, dengan threshold layanan yang lebih besar dan tersedia dalam skema Classic atau Unlimited. Produk ini dapat diperoleh di IM2 Broadband Center (IBC), IM2 Broadband Service (IBS) maupun outlet penjualan IndosatM2 lainnya.[24] Sejak Februari 2012, bersama IM2 Prime dan IM2 Inside, merek IM2 Broom digabungkan dalam layanan Indosat Internet.[25] Layanan tersebut tersedia dalam produk IM3, Mentari dan Matrix sehingga tidak membutuhkan pembelian kartu perdana terpisah.[26] Hal ini membuat sekitar 1.000.000 pengguna terakhir IM2 Broadband 3G dialihkan ke Indosat. Selanjutnya, IM2 akan fokus ke segmen internet untuk korporasi dan layanan hotspot Wi-Fi di 5.000 lokasi.[17] Sebagai "pemanis" dalam pengalihan tersebut, Indosat memberikan bonus kuota hingga 50% dari Januari-Maret 2012.[26] Masalah koneksiIM2 Broom mulai ramai digunakan sejak diperkenalkannya Broom Unlimited. Pada awal perkenalannya, paket perdana IM2 Broom dapat dibeli hanya dengan Rp 150.000 saja, sudah termasuk voucher Rp 100.000. Walaupun harga modem 3G saat itu masih agak mahal (di atas Rp 1.000.000), tetapi produk ini sangat diminati karena harganya yang murah dan tidak ada kuota penggunaan. Jumlah pengguna IM2 Broom sendiri menjadi yang tertinggi dibanding operator mobile broadband lain. Menurut hasil riset Sharing Vision, IM2 Broom digunakan oleh 16% responden, sedangkan Indosat 3G 11%, XL 3G 11%, Mobile-8 8%, Jalawave dan Melsa 3%, dan lainnya 3%. Lembaga telematika ini mensurvei sedikitnya 150 responden pada Januari 2009. Namun seiring berjalannya waktu dan jumlah pengguna yang makin banyak, mulai banyak keluhan mengenai koneksi IM2 Broom. Di forum-forum besar seperti Kaskus dan di blog-blog lokal Indonesia, keluhan mengenai koneksi yang sangat lambat, sulitnya terhubung dengan internet dan kekecewaan karena koneksi yang ada sekarang tidak seperti saat pertama IM2 Broom diluncurkan semakin banyak.[27] Hal ini dapat dijelaskan dengan mengetahui peningkatan jumlah pengguna dan bagaimana Indosat meningkatkan jalur yang tersedia untuk data. Karena pada dasarnya koneksi internet bekerja dalam jalur-jalur data. Ketika jalur-jalur yang disediakan tersebut semakin padat, maka koneksi pun macet, sampai jumlah jalur data ditingkatkan oleh provider atau penyedia jasa koneksi internet. Hal ini juga yang terjadi dengan IM2 Broom, di mana ketika pengguna makin banyak, namun jalur yang disediakan tidak meningkat. Selain masalah jumlah jalur data yang terbatas, masalah koneksi IM2 Broom juga dapat timbul jika modem tidak mendapatkan sinyal 3G. Ketika modem tidak dapat mendapatkan sinyal 3G, maka koneksi yang digunakan adalah GPRS, yang jauh lebih lambat dibanding 3G. Masalah lain adalah lokasi pengguna dengan BTS atau Base Transceiver Station. Semakin jauh lokasi pengguna dengan BTS maka sinyal yang didapat modem pun semakin kecil, sehingga koneksi pun semakin lambat. Sebenarnya Indosat sudah menambah spektrum 3G miliknya menjadi 10 MHz setelah melunasi invoice up front fee lisensi tambahan frekuensi seharga Rp 160 miliar. Bersama Telkomsel, Indosat menerima tawaran pemerintah untuk menambah frekuensi 3G 5 MHz. Dugaan korupsi![]() Kasus ini bermula ketika sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat bernama Konsumen Telekomunikasi Indonesia (KTI) pimpinan Denny Andrian Kusdayat melaporkan dugaan penyelewengan penggunaan frekuensi 2,1 GHz oleh IndosatM2 ke Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Sejak Januari 2012,[28] kasus tersebut berada di bawah penanganan Kejaksaan Agung karena terjadi di banyak wilayah Indonesia.[29] Terlepas dari track record LSM yang kurang dikenal tersebut maupun Denny yang pernah divonis penjara 1 tahun 4 bulan pada 30 Oktober 2012 akibat upaya pemerasan pada sejumlah perusahaan telekomunikasi,[30] Kejagung tetap melanjutkan penyelidikan kasus ini. Adapun IM2 dituduh telah melanggar sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Telekomunikasi, PP No. 52/2000, serta Permenkominfo No. 07/PER/M./KOMINFO/2/2006. Hal tersebut disebabkan karena meskipun tidak memiliki izin frekuensi 2,1 GHz, IndosatM2 justru menjual layanan internet 3G-nya dengan memanfaatkan jaringan yang dikelola induknya tersebut. Meskipun IM2 merupakan anak usaha Indosat, skema kerjasama semacam ini menurut Kejagung tetap tidak diizinkan.[29] Diperkirakan, akibat kasus tersebut, negara merugi hingga Rp 1,3 triliun (Rp 1.358.343.346.674),[29] akibat IM2 tidak membayar biaya penggunaan frekuensinya ke negara dari tahun 2006 hingga 2012.[31] Dalam kasus ini, yang menjadi "pesakitan" utama adalah direktur utama IM2, Indar Atmanto yang dituduh berperan besar dalam terwujudnya kesepakatan antara IM2 dan Indosat. Meskipun banyak pihak menyangsikan adanya "kerugian negara", pelanggaran hukum maupun kesalahan Indar dalam kasus ini,[29] termasuk dari Kemenkominfo,[32] BRTI,[33] Himpunan Pemerhati Pos Telematika Indonesia,[34] Masyarakat Telematika Indonesia maupun sejumlah pakar hukum dan telekomunikasi nasional,[35] nyatanya Kejagung tidak bergeming dari sikapnya. Sedangkan pihak Indosat menuduh Indar sedang dikriminalisasi dan perjanjian antara mereka dan IM2 (anak usahanya) membuat kasus tersebut lebih mengarah ke masalah korporasi, bukan pribadi.[7] Menurut Kemenkominfo dan BRTI, IM2 tidak melanggar UU No. 36/1999 tentang telekomunikasi. Keduanya juga menjelaskan dalam menyelenggarakan jasa akses internet, IM2 bekerjasama dengan dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi Indosat. Kerjasama keduanya lebih ke Penyelenggara Jasa (IM2) dan Penyelenggara Jaringan (Indosat), bukan kerjasama pemanfaatan spektrum frekuensi seperti dalam Pasal 14 dan 15 PP No. 53/2000.[36] Dengan demikian, kerjasama kedua perusahaan tersebut sah secara hukum, seperti yang disampaikan Menkominfo dalam Surat No. 65/M.Kominfo/02/2012 tanggal 24 Februari 2012.[36] Dikarenakan mayoritas ISP melakukan kerjasama dengan operator ataupun pihak lain yang memiliki izin frekuensi, kasus ini berpeluang mengancam perusahaan penyedia jasa internet lain. Menurut Asosiasi Penyedia Layanan Jasa Internet Indonesia (APJII), ada 286 operator penyedia layanan internet di Indonesia yang memakai sistem kerjasama ala Indosat-IM2.[37] Belakangan, selain Indar, dua mantan direktur utama Indosat, Johnny Swandi Sjam dan Harry Sasongko, ditambah Indosat dan Indosat Mega Media juga ditetapkan masing-masing sebagai tersangka perseorangan dan korporasi oleh Kejagung per 5 Januari 2013.[38][30] Merasa tidak bersalah, Indar sempat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta terhadap Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP terlibat karena lembaga itu bertugas menghitung besarnya kerugian negara akibat perbuatan hukum terduga IM2.[30] Setelah melalui sejumlah sidang dari tanggal 14 Januari 2013,[30] Pengadilan Tipikor Jakarta pada 8 Juli 2013 menjatuhkan vonis 4 tahun penjara bagi Indar dan denda Rp 1,358 triliun untuk IM2.[16] Upaya sang eks-dirut mengajukan banding hingga ke Mahkamah Agung gagal, malahan hukumannya diperberat menjadi 8 tahun dalam putusan di tanggal 10 Juli 2014. Mulai Desember 2015, Indar menjalani masa hukumannya di Lapas Sukamiskin, Bandung.[39] Meskipun demikian, dirinya masih memperoleh sejumlah dukungan, seperti dari Asosiasi Mahasiswa Pengguna Internet yang mendesak pemerintah melalui petisi untuk membebaskan Indar.[40] Nasib yang sama juga terjadi pada denda yang dijatuhkan hakim pada IndosatM2. Pada 29 November 2021, Kejaksaan Agung melakukan eksekusi pada aset IM2,[39] setelah mereka menandatangani berita acara serah terima aset di hadapan Kejagung pada 5 Agustus 2021 dan 16 November 2021.[1] Sejak akhir 2021 IM2 resmi menghentikan operasionalnya,[41] dan diputuskan untuk dilikuidasi di tanggal 8 Desember 2021.[42] Jangkauan wilayahJangkauan IM2 Broom meliputi: Produk sejenisTidak hanya IM2, induknya (Indosat) juga menawarkan internet broadband berteknologi 3G/3.5G dalam periode yang sama. Layanan 3G Broadband Indosat yang berbasis HSDPA diluncurkan pada 29 November 2006, dalam rangka ulang tahun ke-39 perusahaan[43] dan dilakukan bersamaan dengan mulai beroperasinya jaringan 3G Indosat di Jabodetabek dan Surabaya.[4] Indosat 3G Broadband diklaim memiliki kecepatan hingga 2,6 Mbps.[44] Untuk menghadirkan layanan ini, Indosat menjalin kerjasama dengan Ericsson sebagai penyedia infrastruktur.[45] Seiring perluasan cakupan dan peningkatan kualitas, produk Indosat 3G Broadband diluncurkan di sejumlah kota, seperti Batam pada 22 April 2007[46] dan Banda Aceh pada 23 Desember 2007.[47] Produk ini tersedia dalam beberapa varian, seperti reguler, unlimited dan bundling modem.[48] Paket unlimited tersedia dalam varian Eco (256 Kbps), Medium (1 Mbps), Heavy (3,6 Mbps) dan Super (7,2 Mbps) dengan harga Rp 100.000-1.500.000/bulan.[49] Mulai 22 Mei 2008, Indosat menghadirkan upgrade dari 3G Broadband-nya menjadi 3.5G Broadband lewat kehadiran layanan berbasis HSDPA fase II dan HSUPA, dengan kecepatan hingga 14,4 Mbps. Produk tersebut diklaim merupakan yang pertama di Indonesia, dan awalnya dioperasikan di Jabodetabek dan Surabaya. Seiring perluasan, Indosat Broadband 3.5G dapat dinikmati di 33 kota lain.[50] Menjelang akhir 2009, Indosat meningkatkan lagi layanan berslogan "Speed Gives You More" ini[51] menjadi HSPA+ yang berkecepatan hingga 21 Mbps,[52] yang dapat semakin cepat dengan menggunakan perangkat lunak Indosat Accelerator Cilent. Pada tahun tersebut, layanan Indosat 3.5G Broadband dapat dinikmati di 26 kota di Indonesia dan memiliki 500.000 pengguna.[53] Dari 14.000 BTS yang dimiliki perusahaan di tahun itu, 10%-nya (BTS Node B) ditujukan untuk komunikasi data broadband.[54] Pada 26 April 2010, Indosat kembali memperkenalkan inovasinya dengan menjadi operator pertama di Asia dan kedua di dunia yang menggunakan teknologi Dual Carrier HSPA (DC-HSPA+), yang diharapkan bisa melayani 1,5 juta pelanggannya.[55] Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia