Pertempuran al-Qadisiyyah

Pertempuran al-Qadisiyyah
Bagian dari Penaklukan Persia oleh Muslim
Tanggal636 M
Lokasial-Qadisiyyah, Irak
Hasil Kemenangan Muslim
Pihak terlibat
Kekhalifahan Rasyidin Kekaisaran Sassaniyah
Tokoh dan pemimpin
Sa'ad bin Abi Waqqash
Khalid bin Urfuthah[1]
Al-Qa'qa' bin Amr at-Tamimi
Ashim bin Amr at-Tamimi
Syurahbil bin As-Simth
Zuhrah bin Hawiyyah
Jarir bin Abdullah al-Bajali
Thulaihah al-Asadi
Amr bin Ma'di Yakrib[2][3]
Hasyim bin Utbah
Abdullah bin Ummi-Maktum 
Rostam Farrokhzad
Peroz Khosrau
Hurmuzan
Bahman Jaduyah
Jalinus
Kekuatan
30.000[4]–40.000[3] 130.000
Korban
8.500[5] 40.000

Pertempuran al-Qadisiyyah (bahasa Arab: مَعْرَكَة ٱلْقَادِسِيَّة; Maʿrakah al-Qādisīyah, bahasa Persia: نبرد قادسیه Nabard-e Qâdisiyeh) adalah pertempuran yang dilakukan antara pasukan Muslim dengan pasukan Persia pada saat periode pertama ekspansi Muslim, setelah Pertempuran Buwaib. Pertempuran ini berakhir dengan penaklukan Islam atas seluruh Persia dan berhasil mengubah keyakinan mereka menjadi Islam sampai dengan saat ini. Pertempuran ini terjadi kurang lebih pada tahun 14 H / 636 M.[6]

Persiapan

Setelah Khalid bin Walid memporak-porandakan bagian barat wilayah Persia dengan beberapa pertempuran, selanjutnya Khalid ditugaskan untuk menaklukkan wilayah Syam (Suriah) oleh Abu Bakar. Selanjutnya wilayah Persia (Irak) diserahkan kepada Abu Ubaid yang terbunuh dalam Pertempuran Jisr, lalu Al-Mutsanna hingga digantikan oleh Saad bin Abi Waqqash.

Abu Bakar wafat lalu digantikan Khalifah Umar bin Khattab yang mengirimkan pasukan Muslim dalam jumlah besar ke Iraq (pada saat itu masih bagian dari Persia) di bawah pimpinan sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash menggantikan Al-Mutsanna. Umar segera menambahkan pasukan dengan mengirim dua ribu pasukan dari Yaman, dua ribu pasukan dari Najad yang berasal dari Ghathafan dan bani Qais.[7]

Awalnya Khalifah Umar bin Khattab ingin berangkat memimpin sendiri pasukan ke Irak, namun dicegat oleh para sahabat seperti Abdurrahman bin Auf mengusulkan nama Sa'ad, lalu Umar menuliskan satu perintah kepada panglima perangnya Sa'ad bin Abi Waqqash pada saat hendak menaklukkan lebih dalam ke negeri Persia :[6]

"Amma ba'd. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran.

Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian. Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah. Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka. Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan di atas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan "keutamaan" kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.

Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian mengatakan, "Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan." Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian. Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian."

Wilayah Qadisiyyah di Irak

Saat itu pasukan Al-Mutsanna sekitar 8.000 orang, 6.000 orang dari bani Bakar dan sisanya berasal dari bani Rabi'ah. Di antara 8.000 orang tersebut, 4.000 orang adalah pasukan yang telah dipilih oleh Khalid saat meninggalkan Irak dan 4.000 orang sisa pasukan yang ikut dalam Pertempuran Jisr.[7] Mutsanna wafat menjelang kedatangan Sa'ad, akibat terluka dari pertempuran sebelumnya, ia menunjuk Basyir bin al-Khasasiyah sebagai penggantinya. Sa'ad menikahi istri Mutsanna yang bernama Salma. Selama satu bulan ia menunggu kabar kedatangan pasukan Persia sambil menunggu kedatangan pasukan muslimin tambahan sehingga terkumpul 30.000 pasukan.[6]

Mendengar pergerakan pasukan Islam ini, Kaisar Persia yang terakhir dan masih muda, Yazdegerd III (632 - 651 M) memerintahkan kepada panglima perangnya Rostam Farrokhzad untuk menghadang pasukan yang dikirim oleh Umar bin Khattab. Mata-mata Sa'ad dari al-Hirah mengabarkan keberangkatan pasukan besar Rustum. Sebelum pertempuran, Sa'ad mengirim Nu'man bin Muqarrin untuk mengajak Kaisar Persia masuk Islam, namun ditolak. Maka kedua pasukan bertemu di sebelah barat sungai Eufrat di desa yang bernama Al-Qadisiyyah (barat daya Hillah dan Kufah). Rustum sengaja melambatkan perjalanan pasukannya hingga lebih 2 bulan karena ia sendiri merasa kemungkinan kebenaran ramalan akan kekalahannya berperang.

Pasukan muslim sekali lagi mengirim delegasi Mughirah bin Syu'bah ke kamp pasukan Persia bertemu Rustum dengan mengajak mereka memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka tetapi dengan membayar pajak atau jizyah. Rustum tertarik namun pembesar lainnya menolak. Selanjutnya Sa'ad mengirim lagi Rib'iy bin Amru, setelah berdialog dengan Rustum, kembali ditolak para penasihat Rustum, pada hari ketiga Sa'ad kembali mengirim Hudzaifah bin Mihshan, dengan hasil yang sama. Setelah tidak dicapai kesepakatan di atas, pecahlah pertempuran.[7]

Lokasi Pertempuran Qadisiyah.

Sa'ad menunjuk Abdullah bin Mu'tim sebagai komandan sayap kanan, Jarir bin Abdullah sebagai komandan kavaleri sayap kanan, As'ad bin Qais sebagai komandan kavaleri tengah, Zuhrah bin Hawiyyah sebagai komandan bagian kanan-tengah, Hasyim bin Utbah sebagai komandan pasukan utama, Qais bin Maksyuh sebagai komandan sayap kiri, Qa'qa bin Amru sebagai komandan pasukan khusus.[6] Sa'ad terlebih dahulu mengirim Thulaihah (bekas nabi palsu) sendiri menerobos pasukan persia setelah membunuh banyak orang lalu menculik satu orang musuh untuk diinterogasi di hadapan Sa'ad.

Sa'ad sendiri tidak bisa memimpin langsung pasukannya dikarenakan sakit yang parah. Tetapi dia tetap memonitor jalannya pertempuran bersama deputinya Khalid bin Urthufah dari markas. Sementara pasukan sayap kanan Persia dipimpin Hurmuzan, sayap kiri dipimpin Mahran bin Bahran, dan pasukan belakang dipimpin Birzan (Bairuzan) dengan total pasukan sebanyak 100.000 - 130.000 pasukan. Sementara Kaisar Yazdeger menyebarkan mata-matanya untuk melaporkan setiap pergerakan pertempuran. Pertempuran ini berlangsung selama 4 hari karena besarnya pasukan yang berhadapan.[6]

Pertempuran

Formasi Pasukan Muslim (Merah) melawan Persia (Biru)

Setelah sholat dzuhur, Sa'ad memberi pidato untuk semangat perang dengan ayat-ayat jihad lalu dimulailah pertempuran hingga malam hari. Hari pertama pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak Persia dan hampir saja pasukan muslim akan menemui kekalahan dengan tidak imbangnya jumlah pasukannya dengan pasukan Persia yang lebih besar. Pasukan Persia menggunakan gajah untuk memporak-porandakan barisan kanan muslim dan ini sempat membuat kacau kavaleri muslim dan kebingungan di antara mereka bagaimana cara untuk mengalahkan gajah-gajah tersebut. Hari pertama disebut sebagai Hari Kekacauan di pihak muslim, yang diselamatkan karena bantuan pasukan tengah. Keadaan seperti ini berlangsung sampai dengan berakhirnya hari kedua pertempuran. [6] Malamnya jasad muslimin syuhada (terbunuh) dikuburkan di daerah Musyarraq dan yang terluka di bawa ke tempat yang aman.

Pada hari kedua, pertempuran fokus di sayap kiri muslim yang ditekan Persia, dimana pasukan muslim masih dalam kondisi tertekan. Memasuki hari ketiga, datanglah bala bantuan muslim dari Syria (Suriah, setelah memenangkan pertempuran Yarmuk). Sejumlah bantuan 6.000 orang dimana 5.000 orang terdiri dari pasukan yang berasal dari Kabilah Rabi'ah dan Mudhar, kemudian yang 1.000 orang berasal dari penduduk Yaman, mereka semua dipimpin Hasyim bin Utbah.[7] Kedatangan pasukan bantuan Qa'qa menaikan moral semangat muslimin dan Qa'qa berhasil membunuh komandan musuh Bahman (pemimpin Pertempuran Jisr).

Muslimin dipimpin Qa'qa menggunakan taktik yang cerdik untuk menakut-nakuti gajah Persia yaitu dengan memberi kostum pada kuda-kuda perang. Taktik ini menuai sukses sehingga gajah-gajah Persia ketakutan, akhirnya mereka bisa membunuh pemimpin pasukan gajah ini dan sisanya melarikan diri kebelakang menabrak dan membunuh pasukan mereka sendiri. Pasukan muslim terus menyerang sampai dengan malam hari. Hari ketiga pertempuran yang berat bagi kedua pihak. Qa'qa membunuh lebih dari 30 orang pasukan Persia. Muncul pula seorang pasukan berkuda, Abu Mihjan yang berkelebat dari sayap kanan ke sayap kiri membunuh banyak pasukan Persia menggunakan kuda milik Sa'ad.[7] Selesai pertempuran di hari ketiga lebih 2.000 muslim terbunuh dan terluka sementara dari pihak persia lebih 10.000 pasukan yang mati dan terluka. Salah satu sahabat yang terbunuh (mati syahid) adalah Abdullah bin Ummi Maktum.[6]

Pertempuran Hari ke-4 Qadisiyyah.

Pada saat fajar hari keempat, Qa'qa mulai terlebih dahulu menyerang musuh diikuti oleh pasukan muslimin lainnya seperti Qais bin Abd Yaghuts, AI-Asy'ats bin Qais, Amar bin Ma'dikarib, Ibnu Dzi Sahmain Al Khats'amy, dan lbnu Dzil Burdain Al Hilah, sampai di waktu siang dengan terjadinya badai pasir yang mengarah dan menerpa pasukan Persia sehingga dengan cepat membuat lemah barisan mereka dimana barang-barang kemah persia termasuk milik Rustum berterbangan. Kesempatan emas ini dengan segera dimanfaatkan pihak muslim, menggempur bagian tengah barisan Persia dengan menghujamkan ratusan anak panah. Setelah jebolnya barisan tengah pasukan Persia, panglima perang mereka Rustam terlihat melarikan diri dengan menceburkan diri dan berenang menyeberangi sungai Atiq, tetapi hal ini diketahui oleh pasukan muslim Hilal bin Ulaffah yang dengan segera menawan dan memenggal kepalanya.[7]

Setelah itu dia berteriak kepada pasukan Persia dengan mengangkat kepala Rustam: "Demi penjaga Ka'bah! Aku Hilal bin Ullafah telah membunuh Rustam!". Melihat kepala panglima perangnya ditangan pasukan muslim, pasukan Persia menjadi hancur semangatnya dan kalang kabut melarikan diri dari pertempuran. Sebagian besar pasukan Persia ini berhasil dibunuh dan hanya sebagian kecil saja yang mau memeluk agama Islam. Dari Pertempuran ini, pasukan muslim memperoleh ghanimah atau rampasan perang yang sangat banyak, termasuk perhiasan kekaisaran persia.[6] Dhirar mendapatkan bendera kebanggaan persia yang nilainya 30.000 dirham.[7]

Hasil Pertempuran

Sa'ad perintahkan Zuhrah bin al-Hawiyyah melakukan pengejaran pada sisa-sisa pasukan Rustum diikuti Qa'qa dan Syurahbil. Zuhrah berhasil mengejar Jalinus dan membunuhnya. Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus mendesak masuk dengan cepat sampai dengan ibu kota Persia, Ctesiphon atau Mada'in. Detelah itu mereka melanjutkan ke arah timur dan mematahkan dua kali serangan balasan dari pasukan Persia yang pada akhirnya berhasil menghancurkan kekaisaran Persia dan menjadikannya daerah muslim sampai dengan saat ini (Irak dan Iran).

Rujukan

  1. ^ Crawford, Peter (16 July 2013). The War of the Three Gods: Romans, Persians and the Rise of Islam. Pen and Sword. hlm. 240. ISBN 978-1473828650. Diakses tanggal 2 February 2020.
  2. ^ Kāndihlawī, Muḥammad Yūsuf ibn Muḥammad Ilyās al-Dihlawī (1991). Ḥayātuṣ-ṣaḥābah: The Lives of the Sahabah. Darul Ishaat.
  3. ^ a b al-Tabari (1992). The History of al-Tabari Vol. 12: The Battle of al-Qadisiyyah and the Conquest of Syria and Palestine A.D. 635-637/A.H. 14-15. SUNY Press. ISBN 978-0-7914-0733-2.
  4. ^ Trevor N Dupuy and R. Ernest Dupuy, The Harper Encyclopedia of Military History, 249.
  5. ^ "ʿARAB ii. Arab conquest of Iran – Encyclopaedia Iranica". iranicaonline.org. Diakses tanggal 2014-10-24.
  6. ^ a b c d e f g h Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-044-5
  7. ^ a b c d e f g Tabhari, Imam (2012). Terjemah Tarikh ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-8439-68-8

Pustaka

  • Abdullah Nasih 'Ulwan, Shalahuddin Al-Ayubi Meniti Jalan Menuju Pembebasan Tanah Palestina, studia press cetakan I Juni 2006
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya