Kolase dari beberapa kereta wisata komersial di Indonesia.
Di Indonesia, kereta wisata komersial (disingkat Kawis) adalah kereta penumpang yang digunakan untuk keperluan pariwisata. Kereta api wisata komersial di Indonesia dioperasikan oleh anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI), yakni PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata) yang dibentuk tahun 2009. Hingga tahun 2014, PT KA Pariwisata hanya bermodal tiga kawis eksisting: Nusantara, Bali, dan Toraja. Mulai 2014 ke atas, PT KA Pariwisata mengoperasikan kawis-kawis baru dengan fasilitas yang khas.[1]
Sejarah
Pariwisata berbasis kereta api mulai bangkit kembali pada awal 1960-an. Pada Juli 1962, Djawatan Kereta Api (DKA) meluncurkan kereta Tamasya (TAL-9xxx) yang dijalankan jika perlu (bertepatan dengan Pesta Olahraga Asia 1962). Lalu pada 1 Oktober 1962, kereta TAL-9xxx dirangkai dengan kereta api ekspres malam, bila ada wisatawan mencarternya.[2] Unit kereta TAL-9xxx dibuat menggunakan bekas CL/AC-9xxx produksi Société Franco-Belge dan banyak berjalan di rute ekspres malam Jakarta–Bandung dan Bandung–Surabaya.
Antara tahun 1970- hingga 1980-an, tidak ada informasi mengenai carter kereta wisata. Baru pada 1990, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) Eksploitasi Sumatra Selatan merintis kawis untuk menyongsong Visit Indonesia Year 1991. Kawis tersebut difasilitasi video, mini bar, dapur, serta musala. Bahkan ruang dalam kereta tersebut dapat memungkinkan penumpang untuk menggelar rapat. Menurut rencana yang ditetapkan oleh PJKA Eksploitasi Sumatra Selatan, kereta tersebut akan dijalankan pada Januari 1991.[3] Namun, karier kawis yang bernama Sultan Ekspres ini berakhir dengan teronggok di Balai Yasa Surabaya Gubeng, kemudian dipindah ke Balai Yasa Manggarai pada 2001 karena sepinya peminat. Meski sudah menjalani perbaikan akhir pada 15 Maret 2001, kereta ini sangat jarang dicarter.[4]
Pada 1991, Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) mencoba mencari peruntungan dari transportasi pariwisata dengan meluncurkan kelas kereta Spesial. Pada 9 September 1991, Perumka meluncurkan dua kawis, yakni Bali dan Toraja (kemungkinan juga Kawis Nusantara).[5] Kawis-kawis ini awalnya bukan digunakan untuk wisata, melainkan untuk inspeksi Presiden. Ketiga kereta tersebut merupakan modifikasi era 1986–1987 dari kereta keluaran 1967 (dari SAGW dan FW Bima).[butuh rujukan]Namun, karena jarang digunakan, kawis-kawis tersebut menganggur dan hanya terparkir di Balai Yasa Manggarai. Upaya untuk menggencarkan promosi Kawis pun akhirnya dimulai sekitar 2000.[6]
Era KAI Wisata
KA Java Priority merupakan kereta api musiman yang dioperasikan oleh KAI dan KAI Wisata untuk mengoptimalkan penggunaan kawis.
Menjawab peningkatan kebutuhan masyarakat akan transportasi pariwisata, maka pada tahun 2009, PT KAI mendirikan anak perusahaan bernama PT Kereta Api Pariwisata (KAI Wisata). Modal awal dalam menjalankan bisnis pada KAI Wisata diperoleh dari penjualan jasa berupa pelayanan tiga kereta wisata. Kereta tersebut digandengkan dengan kereta-kereta api reguler lainnya, terutama dengan kereta eksekutif.[6]
KAI Wisata kemudian menambah lagi jumlah kereta wisatanya. Selama periode tahun 2013 hingga 2014, KAI Wisata memiliki enam unit kereta api wisata tambahan yang selesai dikerjakan di Balai Yasa.[6]
Daftar
Unit yang beroperasi
KAI Wisata mengoperasikan sembilan jenama kereta. Kereta-kereta tersebut masing-masing diberi nama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatera, Jawa, Imperial, Priority, dan Retro. Satu jenama lagi, kereta Panoramic juga dijalankan oleh KAI Wisata, tetapi lebih sering diregulerkan dan jarang disewakan. Kawis-kawis di bawah ini statusnya disewakan, atau jarang diregulerkan.
Nama
Jumlah
Deskripsi singkat
Gambar
Nusantara
1
Nusantara merupakan kereta wisata khusus yang awalnya hanya diperuntukkan bagi Presiden Indonesia. Keunikan yang dimiliki kereta ini adalah adanya ruang balkon. Penumpang dapat menyaksikan panorama sepanjang perjalanan ketika tiraijendela dibuka. Adapun fasilitas yang tersedia adalah 19 tempat duduk, mini bar, toilet, ruang makan di balkon observasi, kamar tidur, serta fasilitas hiburan.[7]
Bali
1
Bali, sesuai namanya, merupakan kawis yang dihiasi ornamen khas Bali. Secara eksterior, kawis Bali mirip dengan Toraja, tetapi ruang utama Bali mirip dengan Nusantara yaitu sofa yang membelakangi jendela, tetapi juga memiliki kesamaan dengan Toraja, yaitu sama-sama memiliki kompartemen atau ruang naratama dan naratetama dengan 6 kursi. Kereta ini dapat memuat 20 penumpang saja.[8]
Toraja
1
Toraja, sesuai namanya, merupakan kawis yang dihiasi ornamen khas Toraja. Toraja digunakan untuk tamu naratama dan naratetama pengiring rombongan presiden seperti menteri. Tempat duduk kereta wisata Toraja searah perjalanan kereta api dengan formasi 2-2. Posisi kursi penumpang seperti pada kereta eksekutif dan berjumlah 16 tempat duduk. Kereta wisata Toraja memuat 22 penumpang termasuk yang duduk di ruang naratama dan naratetama sebanyak 6 orang. Fasilitas yang disedialan di dalamnya meliputi bar berukuran kecil, toilet, dan ruang audio-video.[9]
Sumatera
1
Sumatera merupakan kawis yang didesain berdasarkan keindahan budaya lintas Sumatra. Sumatera merupakan hasil pengembangan interior kereta wisata Bali. Ruang utamanya dilengkapi dengan sofa, kompartemen, ruang makan, ruang rapat, bar berukuran kecil, toilet, dan audio-video. Kompartemen hanya untuk tiga orang dan dilengkapi rumah teater dengan tambahan televisi di dalamnya. Kereta ini hanya dapat memuat 22 orang.[10]
Jawa
1
Jawa merupakan kawis yang didesain berdasarkan keindahan budaya Jawa. Kereta ini terinspirasi dari pengembangan interior kereta wisata Nusantara. Kereta wisata Jawa hanya dapat memuat 20 penumpang. Bagian dalamnya dilengkapi dengan fasilitas kamar tidur, ruang keluarga, serta ruang makan yang bersebelahan dengan bar berukuran kecil. Ruang utama dengan sofa hanya dapat memuat 14 orang. Sementara itu, enam kursi di ruang makan dapat difungsikan sebagai ruang rapat.[11]
Imperial
3
Imperial didesain hanya untuk 21 penumpang dengan formasi 2-1 sebanyak tujuh baris yang menargetkan penumpang pola FIT (Free and Independent Tourism). Kursi dapat diputar 45 derajat menghadap jendela sehingga dapat melihat pemandangan selama perjalanan.[12]
Priority
11
Priority didesain untuk 28 orang dengan formasi 2-2. Kereta ini menjadi kereta pertama di Indonesia yang memiliki audio/video on demand (AVOD) seperti pesawat terbang. Tambahannya lagi, di ujung kabin penumpang terdapat layar TV.[13]
Retro
1
Retro didesain dengan mebel bernuansa klasik dan interior retro sehingga menciptakan suasana yang unik selama perjalanan.[14]
Unit yang tidak beroperasi
Nama
Jumlah
Deskripsi singkat
Gambar
TAL-90xx
1
Dibuat sebanyak 8 unit dengan memodifikasi CL/AC-9xxx produksi Société Franco-Belge. Diluncurkan pada Juli 1962.[2]
Sultan Express
1
Beroperasi di Sumatra Selatan. Dua unit, W-86501 dan W-86502 memiliki dua fasilitas berlainan. W-86501 memiliki toilet duduk, ruang penumpang 24 kursi, dua ruang tidur dengan tempat tidur bertingkat, dan mini bar. Sementara W-86502 memiliki 11 kamar tidur berderet dan dua toilet.[15]
Soviana, N.; Sudarsih, A. (2014). "Sensasi Baru di Atas Kereta Wisata". Majalah KA. 99: 5–6. ISSN2087-9458.
Sudarsih, A. (2010). "Dua Kereta Sultan Menanti Dirias". Majalah KA. 42: 12–13. ISSN2087-9458.
Tim Telaga Bakti Nusantara; Asosiasi Perkeretaapian Indonesia (1997). Sejarah Perkeretaapian Indonesia. Vol. 2. Bandung: Angkasa. ISBN9796651688. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
Hanya berisi layanan kereta api yang dioperasikan oleh induk perusahaan. Untuk layanan yang dioperasikan oleh anak perusahaan, lihat Templat:KAI Commuter untuk layanan KAI Commuter, Templat:KAI Bandara untuk layanan KAI Bandara dan Templat:KCIC untuk layanan KCIC/Whoosh